KONKRIT NEWS
Jumat, April 11, 2025, 15:04 WIB
Last Updated 2025-04-11T08:04:55Z
DaerahEkonomiNasional

Efisiensi 2025: Gerakan Ikat Perut Kencang

Advertisement
Foto Ilustrasi 


Siang itu di sebuah taman kota, seorang warga sebut saja Budi duduk santai di bangku kayu, menyantap mie instan tanpa kuah. Sederhana, Hemat, dan Praktis.


Tiba-tiba, datanglah pejabat berdasi rapi, sebut saja pak Jaya, lengkap dengan tablet canggih di tangan dan senyum diplomatis yang tak pernah absen dari wajahnya.


“Wah, makan siang hemat nih, Pak Budi. Bagus! Semangat efisiensi, ya!” sapanya ramah, dengan gaya khas pejabat yang sok bijak.


Budi menoleh sambil tetap menggenggam garpu plastiknya. “Iya, Pak. Makan mie tanpa kuah itu bagian dari penghematan cairan nasional,” jawabnya, setengah bercanda tapi penuh makna.


Pak Jaya terkekeh kecil, menanggapi dengan gaya politisnya, “Hehe… bagus, bagus. Soalnya tahun ini kita memang harus lebih efisien. Demi pertumbuhan ekonomi.”


Budi mengangguk pelan, lalu berkata sambil memandangi mie-nya yang kian menipis, “Pertumbuhan ekonomi siapa, Pak? Saya sih udah tumbuh uban, tapi gaji masih kerdil.”


Pak Jaya sempat terdiam, lalu mencoba menjelaskan dengan nada bijak-bijakan. “Yaa… memang perlu pengorbanan. Kita semua harus kencangkan ikat perut.”


Budi tersenyum miris. “Saya udah kencengin, Pak. Tiap hari. Sekarang, ikatnya udah pindah ke leher.”


Pak Jaya tertawa canggung, lalu berkata, “Tapi tenang, kita sedang mendigitalisasi semua layanan agar lebih efisien.”


Budi mengangkat alis. “Saya coba daftar bantuan digital, Pak. Yang muncul malah error. Katanya wilayah saya belum terjangkau harapan.”


Pak Jaya lagi-lagi tertawa. “Hahaha… itu lucu, lho! Tapi serius, ini demi masa depan. Tunggu aja, nanti janji-janji kami akan ditepati.”


Budi mendesah pelan. “Pak, janji itu udah kayak undangan nikah. Datangnya pas kita udah nggak ada.”


Kali ini Pak Jaya hanya diam. Mencoba tersenyum tapi kaku. Lalu ia berkata, “Tapi rakyat harus tetap percaya!”


Budi menatapnya tajam, lalu menjawab santai, “Saya udah efisien juga dalam hal itu, Pak. Kepercayaan saya sekarang irit banget. Cuma dipakai buat tetangga dan tukang parkir.”


Pak Jaya mengangguk pelan. “Yah… setidaknya kami berusaha.”


Budi tak mau kalah. “Kalau rakyat disuruh terus ikat perut, gimana kalau pejabat mulai ikat janji, Pak? Jangan cuma bicara efisiensi, tapi rapat masih di hotel bintang lima, menunya salmon, sarananya slideshow yang sering gagal.”


Pak Jaya terdiam. Tablet di tangannya tiba-tiba nge-lag. “Error”.


Budi menghabiskan suapan terakhir mie-nya, lalu berdiri sambil berkata, “Pak, saya duluan ya. Mau cari Wi-Fi buat update status biar irit kuota.”


Ia berjalan pergi sambil tertawa kecil. “2025 harus makin hemat. Makin kenyang… sama janji.”


Pak Jaya hanya terdiam. Lalu menatap tablet yang menampilkan pesan:

“404: Janji Tidak Ditemukan.”



Penulis : Putra Ramadhan