KONKRIT NEWS
Kamis, Agustus 15, 2024, 20:59 WIB
Last Updated 2024-09-05T05:34:09Z
Unila

Unila, Itera dan UNIB Lestarikan Budaya Lokal Kesenian Kuda Kepang dari Persatuan Krido Turonggo Seto

Advertisement

 


Bandar Lampung - Universitas Lampung (Unila), Institut Teknologi Sumatera (Itera), dan Universitas Bengkulu (UNIB) mengambil langkah signifikan dalam melestarikan warisan budaya lokal dengan melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sidodadi, Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.


Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 15 Agustus 2024, dan menandai kolaborasi antara tiga institusi pendidikan tinggi ini dalam upaya menjaga dan mempromosikan kebudayaan tradisional yang semakin tergerus modernisasi.


Program KKN ini memiliki berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memperkuat identitas budaya lokal, salah satunya adalah pembuatan dokumenter tentang kesenian Kuda Kepang dari Persatuan Krido Turonggo Seto.


Tarian tradisional ini tidak hanya memiliki keindahan gerakan, tetapi juga kaya akan nilai sejarah dan simbolisme yang mencerminkan kekayaan budaya masyarakat setempat.

Dokumenter ini dirancang sebagai upaya untuk mengabadikan dan memperkenalkan Kuda Kepang kepada khalayak yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.


Mahasiswa Unila memainkan peran sentral dalam proyek dokumenter ini. Mereka tidak hanya bertindak sebagai penggagas ide, tetapi juga terlibat secara langsung dalam setiap tahap proses pembuatan, mulai dari riset mendalam hingga produksi akhir.


Mahasiswa ini melakukan penelitian ekstensif untuk memahami asal-usul Kuda Kepang, menggali makna di balik gerakan tarian, serta mengeksplorasi simbolisme yang terkandung dalam setiap aspek pertunjukan.


Penelitian ini melibatkan wawancara dengan para tokoh kunci di komunitas Desa Sidodadi yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Kuda Kepang.


Salah satu narasumber utama dalam dokumenter yakni Ketua kelompok Kuda Kepang di Desa Sidodadi, Dulyasir. Ia merupakan sosok yang telah lama berkecimpung dalam pelestarian kuda kepang dan memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah serta peran budaya tarian ini dalam kehidupan masyarakat.


Dulyasir mengatakan, mahasiswa mendapatkan wawasan berharga tentang bagaimana kuda kepang telah menjadi bagian integral dari identitas budaya lokal dan bagaimana pentingnya melestarikan tradisi ini di tengah arus globalisasi.


Mahasiswa berkolaborasi dengan Mas Nopen, penari utama kuda kepang yang telah menggeluti seni ini selama bertahun-tahun.

Melalui wawancara dan pengamatan, mahasiswa menggali makna di balik setiap gerakan tarian, termasuk bagaimana gerakan-gerakan tersebut mencerminkan nilai-nilai dan cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi.


Tantangan dalam mempertahankan tradisi ini di tengah modernisasi juga menjadi salah satu fokus yang dieksplorasi dalam dokumenter ini.

Peran musik dalam pertunjukan Kuda Kepang tidak kalah penting. Dalam dokumenter ini, Mas Agus, seorang pemain alat musik tradisional yang telah lama menjadi bagian dari kelompok kuda kepang, turut memberikan kontribusi signifikan.


Mas Agus tidak hanya mengiringi tarian dengan keahliannya memainkan alat musik, tetapi juga menciptakan suasana magis yang memperkuat pesan budaya Kuda Kepang. Melalui wawancara dengan Mas Agus, mahasiswa mendalami peran krusial musik dalam menjaga keaslian dan jiwa dari pertunjukan.


Musik tradisional yang dimainkan Mas Agus menjadi elemen penting yang menyatukan seluruh pertunjukan, menghadirkan kesan mendalam bagi penonton. Proses produksi dokumenter ini melibatkan berbagai tahap kreatif yang memerlukan keterampilan dan dedikasi tinggi dari para mahasiswa.


Pengambilan gambar dilakukan dengan cermat untuk menangkap setiap detail dari pertunjukan Kuda Kepang, sementara pengolahan audio dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan setiap suara, mulai dari musik hingga narasi, dapat memberikan dampak emosional yang kuat kepada penonton.


Mahasiswa Universitas Lampung tidak hanya berperan sebagai sutradara, penulis naskah, dan editor, tetapi juga sebagai penghubung antara komunitas lokal dan audiens global. Mereka bekerja keras untuk memastikan bahwa dokumenter ini dapat menyampaikan pesan budaya yang kuat dan autentik.


Dalam era digital saat ini, dokumenter ini dirancang untuk dapat diakses secara luas melalui platform online seperti YouTube. Dengan demikian, dokumenter ini tidak hanya berfungsi sebagai media edukasi yang efektif bagi generasi muda, tetapi juga sebagai sarana promosi kesenian Kuda Kepang di tingkat nasional dan internasional.


Para mahasiswa berharap bahwa dokumenter ini akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya dan mendukung upaya komunitas lokal dalam menjaga identitas budaya mereka.


Kini, setelah melalui berbagai tahap produksi, dokumenter tentang kesenian Kuda Kepang telah resmi dirilis dan dapat diakses oleh publik. Dokumenter ini tidak hanya menjadi bukti komitmen mahasiswa dalam melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjadi kontribusi nyata dalam menjaga kekayaan budaya bangsa.


Dengan menyebarkan kesenian Kuda Kepang ke panggung dunia, para mahasiswa berharap dapat memperkenalkan keindahan dan nilai-nilai budaya Indonesia kepada khalayak yang lebih luas, serta mendorong generasi muda untuk turut serta dalam upaya pelestarian warisan budaya.