Advertisement
BENGKULU---Serangan virus pestalotiopsis pada tanaman karet milik PTPN VII merata di semua Unit Kerja. Gejala serangan berupa gugur daun sebelum siklusnya itu terjadi sejak 2019 hingga saat ini belum berakhir. Padahal, berbagai upaya pengendalian sudah maksimal dilakukan. Melihat fenomena ini, Komisaris Utama PTPN VII Nurhidayat meminta jangan terlalu terpengaruh dengan penyakit ini.
Problema virus yang menyebar dengan perantara angin itu menjadi salah satu bahasan pada kunjungan Komisaris Utama PTPN VII Nurhidayat ke PTPN VII Unit Padang Pelawi, Bengkulu, Kamis (9/11/23). Nurhidayat tampak mencermati presentasi Manajer PTPN VII Unit Padang Pelawi Syafe’i Ritonga dan membahas setiap item masalah dengan detail. Nurhidayat yang hadir didampingi Anggota Komite Audit Leonardo disambut SEVP Operation I PTPN VII Budi Susilo, Kabag SPI Ary Askari, dan beberapa pejabat utama lain.
Tentang virus pestalotiopsis, Nurhidayat memilih strategi yang diterapkan Pemerintah ketika menghadapi pandemi virus coroda-19 beberapa tahun lalu. Ia mengatakan, virus yang menyerang daun karet muda dengan meninggalkan bercak sehingga berguguran sebelum berproduksi itu sebaiknya tidak lagi ditakuti secara berlebihan. Sebaliknya, dia menekankan agar tanaman karet PTPN VII dirawat secara maksimal secara agronomis sehingga memiliki imunitas yang tinggi.
“Kita sudah hampir lima tahun bergelut melawan pestalo (virus pestalotiopsis) ini dengan berbagai cara pengendalian. Para ahli juga sudah kita datangkan untuk memberi solusi, tetapi belum juga teratasi. Maka, sebaiknya kita berdamai saja dengan dia. Kita cari strategi lain untuk bisa menembus target produksi. Kita berproses dengan siklus kenormalan baru alias new normal,” kata Komisaris yang akrab disapa Pak Nur ini.
Nurhidayat yang memiliki rekam jejak karir dan kepakaran di bidang tanaman karet ini mengakui prosentase anomali budidaya karet ini cukup dinamis. Pengalaman panjang, bahkan sejak zaman Belanda, tidak selalu tepat dan aktual untuk pelaksanaan operasional agronomis pada masa yang berbeda. Dengan fakta itu, ia mengingatkan agar semua insan PTPN VII, baik yang berada di lini lapangan sampai yang berkontribusi melalui kajian ilmiah akademik untuk terus mengikuti dinamika itu.
“Yang kita alami sekarang, walaupun tanaman kita kena (virus), ternyata masih bisa kita eksploitasi, meskipun hasilnya kurang maksimal. Nah, dari sisi sempit inilah yang kita maksimalkan sehingga bisa menutupi yang berkurang. Dari berbagai eksperimen dari teman-teman di beberapa Unit Kerja, ternyata masih bisa optimal juga. Oleh karena itu, jangan jadikan pestalo sebagai alasan ketidak optimalan kinerja,” kata dia.
Dalam diskusi interaktif yang diikuti beberapa perwakilan dari Kantor Direksi, para asisten, dan para mandor, berbagai isu lain juga dibahas tapis. Pada kesempatan itu, SEVP Ops.1 Budi Susilo juga melaporkan teknik pengawalan produksi dari kebun sampai pabrik, baik untuk komoditas karet maupun kelapa sawit menggunakan digital farming. Ia mengatakan, sejak November 2023 ini beberapa unit kerja sudah menerapkan teknologi baru pelaporan hasil kebun itu.
“Kita sudah mulai terapkan pekan lalu di sawit. Digital farming ini menggunakan gadget berbasis android yang dilengkapi software aplikasi digital farming yang terkoneksi internet. Jadi, mandor di kebun ketika mengawal panen, dia akan menghitung jumlah TBS (tandan buah segar kelapa sawit), menimbang, membuat barcode, dan diprint (dicetak) menggunakan mini printer. Lalu, barcode itu akan disertakan dalam pengangkutan sampai pabrik. Ini akan mengantisipasi perbedaan data dari kebun sampai pabrik,” kata Budi.
Untuk komoditas karet, Budi mengatakan dalam minggu ini juga akan diberlakukan. Seluruh peralatan berupa gadget atau smartphone Android, software aplikasi, mini printer, dan biaya pulsa atau kuota internet sudah dibagikan.
“Untuk karet, minggu ini sudah dilaksanakan,” kata dia.
Tentang virus pestalo, Budi senada dengan Nurhidayat. Budi mengatakan, masih banyak celah yang bisa dimaksimalkan untuk mengejar produksi dengan menegasikan keberadaan virus tak kasat mata itu. Salah satu yang dia soroti adalah tentang ketuntasan sadap dan kecepatan mengambil keputusan ketika terjadi bias dari rencana awal.
“Dalam situasi tanaman yang masih belum bersih dari pestalo ini, fakta di lapangan kita masih menemukan berbagai potensi yang belum tergali maksimal. Soal eksekusi pindah panel sadap, misalnya, saya melihat masih kurang cepat. Padahal itu akan memberi peluang menaikkan produksi. Satu hal yang harus kita optimistis, seperti Unit Pawi (Padang Pelawi) ini, meskipun belum sembuh dari pastalo, masih bisa mengejar target RKAP,” kata dia.
Analisis Budi dibenarkan Syafe’i Ritonga. Ia mengakui beberapa pos masih punya potensi untuk ditingkatkan sehingga produksi bisa lebih maksimal. Ia juga menyatakan segera mengakomodasi rekomendasi dari Leonardo, Anggota Tim Komite Audit Komisaris yang mengarahkan agar memaksimalkan pola sadap dari D-4 (sadap empat hari sekali) menjadi D-3 (tiga hari sekali). Menurut Leo, sapaan akrab Leonardo, sadap D-3 memiliki potensi 24 persen lebih tinggi dibanding D-4.
“Kami akan segera tindak lanjuti usulan Pak Leo untuk pindah ke D-3. Memang kemarin ada kendala karena kekurangan tenaga sadap, tetapi akan segera kami penuhi,” kata Syafe’i.
Mengkancah laporan kinerja pabrik, Nurhidayat mengapresiasi kinerja pabrik pengolah karet jenis SIR-20 yang dikelola PTPN VII Unit Padang Pelawi. Nurhidayat mengatakan, pabrik dengan kapasitas terpasang 40 ton per hari itu sudah menunjukkan kinerja yang lebih stabil dari sebelumnya.
Masinis Kepala Teknik dan Pengolahan Pabrik Karet Padang Pelawi Suko Basuki mengatakan, seluruh instrumen pabrik yang mengolah karet remah itu saat ini berjalan dengan baik. Namun, ia mengaku sedang membangun budaya kerja baru di lingkungan pabrik untuk bisa memaksimalkan pemanfaatan waktu operasional pabrik.
“Secara umum kondisi pabrik berjalan dengan baik dan performanya juga cukup baik. Dari kapasitas terpasang 40 ton per hari, kalau pas bahan baku ada, kami bisa naikkan sampai 49 ton per hari. Sayangnya, ketersediaan bahan baku belum konsisten sehingga utilitas pabrik belum tercapai,” kata dia.
Sebelum menggelar rapat di Kantor Sentral, rombongan Komisaris meninjau kabun di Afdeling 5 yang berada pada posisi paling tinggi di kebun Padang Pelawi. Di lokasi, Nurhidayat menyaksikan beberapa pokok karet yang terpaksa harus dipasang tiga mangkok karena derasnya tetesan dan jumlah getah yang banyak.
“Ini artinya potensi Pawi ini sangat besar. Tinggak seriusi saja dan maksimalkan penggalian produksi. Insyaalloh kita bisa melampaui target-target walaupun berbagai kendala, termasuk virus masih ada,” kata dia. (*)