Advertisement
YOGYAKARTA---Sebanyak 60 Pengurus Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara VII (SPPN VII) mengikuti pelatihan berorganisasi di LPP Agro Nusantara, Yogyakarta selama dua hari mulai Selasa (6/6/23). Acara yang dibuka Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy ini mengangkat tema Labour Union as Corporate Change Partner PTPN VII (Serikat Pekerja sebagai Mitra Perubahan Perusahaan PTPN VII). Pelatihan yang diisi oleh para Senior Subject Matter Expert dari LPP Agro Nusantara dan Narasumber dari Kementerian Ketenagakerjaan RI, juga dihadiri Direktur LPP Agro Nusantara Pranoto Hadi Raharjo, Ketua Umum SPPN VII didampingi Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum.
Ketua Umum SPPN VII Sasmika DS dalam pengantarnya mengatakan, orientasi tentang serikat pekerja wajib dikuasai oleh setiap pengurus. Hal itu karena setiap pengurus SPPN VII, sebagai bagian dari organisasi yang menjadi saluran aspirasi bagi setiap pekerja, harus mampu menjalankan peran yang tepat dalam hubungan industrial. Pengurus Serikat Pekerja harus dapat menjadi jembatan dalam penyampaian aspirasi, informasi dan pemahaman secara komprehensif dari kedua belah pihak.
“Pada Maret lalu, kami baru saja Mubes (Musyawarah Besar) SPPN VII dan setelah kami lihat komposisi kepengurusan di cabang maupun di pusat, banyak yang merupakan pengurus baru. Oleh karena itu harus kita bekali pengetahuan tentang organisasi. Selain itu, regulasi tentang hubungan industrial saat ini terus berubah dan dinamis sehingga semua unsur pengurus harus memahami secara paripurna,” kata Sasmika seraya menyampaikan terima kasih kepada Manajemen PTPN VII yang menfasilitasi pelatihan ini.
Sasmika menambahkan, pelatihan ini penting bagi seluruh pengurus agar dapat menjalankan perannya dengan optimal. Dalam hal ini, pengurus SPPN VII mempunyai tanggung jawab moral untuk mendorong kinerja anggotanya agar dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan perusahaan. Pada akhirnya, bila perusahaan maju maka akan memberikan kesejahteraan bagi pekerja. Hal ini sejalan dengan semboyan perusahaan sehat karyawan sejahtera.
Mengingat dalam waktu dekat PTPN VII akan melebur menjadi bagian dari Subholding Supporting.co. Ia mengingatkan kepada seluruh pengurus berfikir positif dan menyikapi transformasi perusahaan dengan tepat. Ia berharap semoga tranformasi yang terlaksana dapat memberikan kebaikan bagi perusahaan.
Saat membuka pelatihan, Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy menyatakan dukungannya kepada SPPN VII untuk membekali pengurus. Chief Ryan mengatakan, pengurus SPPN VII harus menjadi sosok-sosok yang memiliki kepedulian secara simultan. Selain mendengarkan aspirasi pekerja untuk disalurkan kepada manajemen, sosok-sosok pengurus juga punya tanggung jawab moral untuk mengawal dan memastikan kinerja seluruh pekerja.
“Di sinilah pentingnya pengurus Serikat Pekerja untuk memahami seluruh proses manajemen berjalan. Ada hak ada kewajiban. Semua harus berjalan seimbang. Pekerja berhak atas apa yang dikerjakan, tetapi juga harus melaksanakan kewajibannya kepada perusahaan,” kata dia.
Penekanan ini disampaikan Ryanto sebagai bagian dari upaya membagi tanggung jawab atas apa yang terjadi di perusahaan. Ia meminta seluruh Pengurus SPPN VII untuk menjadi bagian dari solusi dalam menggerakkan seluruh elemen agar target-target perusahaan bisa dicapai. “Sampai Mei 2023 ini, ada beberapa capaian yang masih di bawah RKAP. Itu artinya ada yang tidak maksimal dalam menjalankan tugas. Sebab, RKAP bukan angka-angka yang dibuat asal-asalan, tetapi sudah dihitung dengan sangat teliti berdasarkan potensi yang ada. Ini harus mendapat perhatian kita semua,” kata dia.
Menurut Ryan, peran pengurus SPPN VII, dari tingkat Pusat sampai Cabang memiliki akses yang cukup strategis untuk mendorong kinerja setiap pekerja. Ia meminta ke depan seluruh pengurus SPPN VII menjadi teladan dalam melaksanakan tugas pokoknya, menjadi konsultan bagi pekerja lainnya, dan menjadi motivator untuk pekerja di lini lapangan.
Sebagai informasi penting, Ryan menyebutkan era ke depan, ketika sudah melebur ke dalam Subhloding Suporting.co, sistem insentif akan mengacu kepada merit system. Merit system, kata dia, adalah model penilaian kinerja karyawan atau pegawai sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerjanya secara individual. Dalam konteks ini, ke depan tidak akan ada lagi kesamaan pendapatan antara satu orang dengan yang lain.
“Dengan merit system ini akan mengakhiri model bonus atau insentif seperti yang kita terima bulan lalu. Bonusnya sama antara yang kerja keras dengan yang biasa saja. Antara unit yang untung dengan yang rugi. Sistem merit itu sebenarnya untuk memacu kinerja ke depan. Nah, ke depan, tidak akan ada lagi yang malas dan rugi dapat insentif,” kata dia.
Sementara itu, Direktur LPP Agro Nusantara Pranoto Hadi Raharjo pada sambutannya mengatakan, pihaknya akan memberi penguatan kepada seluruh peserta untuk memahami setiap dinamika perusahaan secara teks dan kontekstual. Menurutnya, Serikat Pekerja sebagai wadah aspirasi SDM harus memahami setiap masalah dan dinamika perusahaan secara baik dan bijak.
“Kalau saya ibaratkan, SPPN VII dengan Manajemen PTPN VII ini seperti sepasang sandal atau sepatu. Dia berbeda bentuk tetapi ukuran, porsi, dan fungsinya sama. Ketika berjalan, keduanya harus bergantian sehingga beban tubuh akan seimbang. Butuh keharmonisan agar laju perusahaan bisa berjalan dengan baik. Termasuk juga dalam mengatur speednya,” kata dia.
Pranoto menambahkan, sebagaimana seluruh anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara, PTPN VII juga akan ikut berubah, melebur ke dalam Subholding. Perubahan itu otomatis juga terjadi pada SPPN VII sebagai mitra yang memayungi aset berupa pekerja. Oleh karena itu, perubahan ini harus dihadapi dengan pengetahuan yang luas dan rasa bijak yang cukup.
“Perubahan adalah keniscayaan bagi setiap entitas. Jika tidak berubah mengikuti zaman, kita yang akan mati. Banyak sekali contoh perusahaan besar yang bangkrut karena terlambat berubah. Terlebih seperti saat ini yang disebut era VUCA, era ketidak pastian. Ketika satu sisi dunia bertikai seperti krisis Rusia-Ukraina, kita juga ikut terimbas,” kata dia.
Selain orientasi tentang organisasi, beberapa materi pelatihan disiapkan oleh LPP Agro Nusantara. Antara lain soal Dinamika Lingkungan Bisnis oleh Wahyu Jatmiko, SME LPP Agro Nusantara; Change Leadership oleh Elvia Wisudaningrum, SME LPP Agro Nusantara; dan Strategic Partner dalam Hubungan Industrial oleh Feryando Agung Santoso dari Kementerian Tenaga Kerja RI. (*)