Advertisement
BANDARLAMPUNG -- Mengawali agenda organisasi di tahun 2022, FKPPIB yang merupakan forum anak-anak karyawan BUMN menggelar pelatihan kepemimpinan. Digelar di Gedung Serba Guna PTPN VII, 70 peserta dibekali materi kepemimpinan oleh empat narasumber selama sehari penuh, Rabu (16/2/22).
Diawali seremoni singkat, acara dibuka Sekretaris Perusahaan PTPN VII Bambang Hartawan mewakili Direktur PTPN VII yang berhalangan hadir. Sedangkan empat narasumber yang dihadirkan adalah Ketua PWI Lampung Wirahadikusumah, Ketua Serikat Pekerja PTPN VII Moehammad Baasith, Anggota DPD RI asal Lampung Jihan Nurlela, dan Eka Sukmawati, Area Manajer Lampung PT Kimia Farma tbk.
Dalam sambutan pembukaan, Bambang Hartawan mengapresiasi terbentuknya FKPPIB yang mewadahi kaum milenial anak-anak karyawan BUMN. Meski belum lama dibentuk, kata Bambang, pergerakan dan aktivitasnya sudah cukup masif dan konstruktif.
“Saya salut karena walaupun baru dibentuk dua bulan lalu, tetapi kegiatannya sudah banyak. Pergerakannya juga cukup massif dengan dukungan publikasi yang luas. Secara pribadi dan PTPN VII, saya apresiasi dibentuknya FKPPIB ini,” kata mantan GM PT Buma Cima Nusantara (BCN) Unit Bungamayang ini.
Lebih luas, Bambang meminta FKPPIB dengan segenap pengaruh dan potensinya harus berperan aktif bagi stakeholder, terutama perusahaan tempat orang tuanya bekerja. Peran aktif para anak karyawan BUMN, kata dia, bisa sangat luas, mulai dari ikut membangun citra positif, menjadi mitra berbagai even, hingga membantu mengamankan aset sehingga situasi usaha kondusif.
“Kami menaruh harapan besar agar FKPPIB ini bukan hanya membesarkan organisasinya sendiri, tetapi juga membantu perusahaan tempat para orang tuanya bekerja. Banyak aspek yang bisa dikerjasamakan, karena para milenial ini sangat dinamis, banyak inovasi, dan punya energi lebih. Hendaknya, FKPPIB bermanfaat bagi semua staakeholder,” kata dia.
Sementara itu, pada materi pertama, Ketua PWI Lampung Wirahadikusumah “menyetrum” peserta dengan memberi banyak tantangan. Mengambil sample dirinya sendiri yang menjadi Ketua PWI tingkat Provinsi termuda se Indonesia, Wira, sapaan akrabnya, mengaku terlecut dan terinspirasi dari mentor koleganya, yakni Dahlan Iskan. Wira yang dekat dengan Bos Jawa Pos, Grup Radar itu mengaku ditantang mantan Menteri BUMN itu untuk menjajal gagal di usia muda.
“Saya dipacu oleh Pak Dahlan Iskan untuk gagal di usia muda. Sebab, kata Pak Dahlan, gagal itu dekat dengan sukses. Dengan demikian, jika berani gagal, maka sebentar lagi sukses. Dan itu sudah saya buktikan,” kata dia.
Meskipun demikian, kata Dirut Rilis.id ini, berani saja tidak cukup. Sebagai pendamping rasa berani adalah kompetensi. Menurut dia, berani tanpa kemampuan atau kompetensi adalah kecerobohan dan lebih dekat dengan istilah bunuh diri.
“Untuk sukses dan maju, Anda harus punya tantangan. Bikinlah tantangan yang besar, tinggi, dan hebat agar kita termotivasi. Kita harus berani karena keberanian adalah tangga menuju sukses. Tetapi, berani yang perhitungan. Kita harus punya pengalaman, ilmu, dan keterampilan,” tambah dia.
Di sesi kedua, Moehammad Baasith tak kalah atraktif. Ketua SPPN VII yang juga Manajer PTPN VII Unit Waylima ini mengeluarkan seluruh ilmu simpanannya untuk menjawab tantangan anak-anak muda yang didominasi mahasiswa Itera, UIN Raden Intan, Unila, Unsri, UBL, dan pemuda ini. Ia juga mengkombinasikan metode pemaparan materi dengan memutarkan beberapa film pendek berisi ilustrasi-ilustrasi kepemimpinan.
Menurut Baasith, selain berbagai kriteria kepemimpinan yang secara teori tersebar di semua materi kuliah, beberapa kompetensi seorang pemimpin harus ditambahkan. Antara lain, soal spiritualitas seorang pemimpin yang akan mengantarkan elemen yang dimpimpinnya sukses dunia akhirat. Demikian juga dengan kompetensi yang bersifat soft skill dan tidak ada sekolahannya dan tidak ada gurunya.
“Seorang pemimpin harus bisa bekerja sama secara saling menguntungkan di tengah kepemimpinannya. Masalah di perusahaan, organisasi, dan institusi yang ada struturnya relatif lebih mudah mengendalikan karena ada ikatan. Nah, yang nggak ada sekolahnya itu bagaimana pemimpin dalam hubungannya dengan dunia luar. Seorang harus bisa menjadi wasit yang adil,” kata dia.
Dalam penyampainnya, Baasith juga terlihat sangat respek terhadap setiap kreativitas peserta. Dia menyiapkan belasan doorprize bagi setiap penanya dan pemberi tanggapan. Meskipun tidak bernilai material, Baasith mengaku ingin memberi kesan kepada setiap orang yang telah berinteraksi secara aktif.
Tentang pelatihan kepemimpinan ini, Ketua Dewan Pengawas FKPPIB Andi Firmansyah menyampaikan terima kasih atas dukungan berbagai pihak. Ia mengaku hanya sebagai pemantik yang ingin menghidupkan dan menjadi triger aktivitas anak-anak karyawan BUMN agar terus tumbuh. Tanpa organisasi, kata dia, energi positif yang berlimpah pada anak-anak ini akan buyar, bahkan bisa menjadi faktor negatif.
“Kami ingin menyiapkan anak-anak ini dengan membekali mereka bagaimana menjadi pemimpin. Diklat kepemimpinan ini akan menjadi lorong bagi anak-anak supaya bisa bergabung dan aktif dengan daya kritisnya,” kata karyawan PTPN VII ini. (RLS/KN)