Advertisement
BANDAR LAMPUNG — Kebutuhan gula nasional baik untuk konsumsi maupun industri terus meningkat. Sehingga pemerintah menargetkan pada tahun 2024 produksi gula nasional mencapai 3 juta ton, dengan produktivitas tebu minimal 75 ton/ha dan rendemen minimal 8%.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII sebagai salah satu perusahaan perkebunan berpeluang untuk berkontribusi dalam capaian swasembada gula nasional. Guna mengembangkan potensi tebu yang ada, PTPN VII bekerjasama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan anak perusahaan Holding PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dalam mengoptimalisasikan asset perkebunan gula yang ada di Bungamayang dan Cintamanis.
Direktur PTPN VII Doni P Gandamihardja mengatakan, dilihat dari hasil kinerja tahun 2020 pada komoditi tebu masih banyak yang perlu dibenahi. Pengawalan komoditi tebu tahun ini harus dilakukan kerjasama yang lebih baik lagi.
“Produktivitas tahun 2020, jauh dari angka yang ditargetkan pada RKAP. Produktivitas tebu yang dikelolah oleh anak perusahaan PT. Buma Cima Nusantara (PT. BCN) tahun 2020 menghasilkan 52 ton perhektar, sedangkan rendemen hanya 5,8 persen,” papar Doni saat menerima kunjungan P3GI dan PT RPN, di Ruang Harmonis Kantor Direksi, Kamis (18-2-2021).
Menurutnya potensi yang ada di komoditi tebu PTPN VII sangat bagus. Dalam menangani produksi gula ini harus fokus. Tahun ini harus ada perbaikan yang signifikan, sehingga produksi yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi. Idealnya dengan areal dan varietas yang ada saat ini, produksi tebu perhektar mencapai 75 ton, dengan rendemen rata-rata 8 persen.
Ia berharap, dengan kerjasama dilakukan penelitian dan pengawalan oleh P3GI dan PT RPN bisa menjadi kebaikan bagi PTPN VII. Diharapkan kinerja di Buma dan Cima bisa lebih baik lagi.
“Dengan menurunkan harga pokok dan pengendalian biaya operasional, bagiamana bisa meningkatkan produktivitas. Ini merupakan permasalahan yang menjadi PR bersama untuk kinerja di tahun 2021. Semoga dengan kerjasama yang dilakukan pengawalan yang ketat dan penelitian ini bisa meningkatkan produktivitas,” kata Doni.
Sementara SEVP II PT RPN, Dr. Misnawi menjelaskan, kunjungan yang dilakukan PT RPN ke seluruh PTPN anak perusahaan holding PTPN II ini agar mendapatkan masukan dan pembelajaran sehingga bisa untuk perbaikan komoditas yang ada di holding. Selain itu, lebih mengintensifkan lagi sinergi yang selama ini telah terjalin.
Dengan kerjasama ini, komoditas yang ada di PTPN VII bisa lebih meningkat lagi produktivitasnya dan rendemennya. Pada kesempatan ini, kami akan shearing bagaimana pengalaman PTPN VII dan kita dari pihak PT RPN akan memaparkan inovasi yang telah dilakukan.
Menurutnya, Pihak PT RPN sangat terbuka dan akan siap melayani apa yang dibutuhkan oleh PTPN VII. Baik itu soal teknologi, kesesuaian lahan, konsultasi tehnis mengenai penyakit yang belum dipastikan penyebabnya dan bagaimana mengatasinya. Permasalahan ini bisa disampaikan kepada pihak PT RPN, dan kami akan berikan ekspose secepat-cepatnya, tidak boleh lebih dari 6 jam.
Kepala P3GI, Eka Nuryanto mengatakan, potensi tebu untuk swasembada gula sangat besar. PTPN VII salah satu perkebunanan yang memiliki luasan lahan HGU dan Pabrik Gula sendiri sangat berpotensi untuk turut serta memberikan kontribusi target swasembada gula.
Selama ini P3GI telah bekerjsama dengan pihak PTPN VII, bahkan periode tahun tahun sebelumnya P3GI mendapatkan fasilitas lahan disetiap PG yang dimiliki PTPN VII seluas 20 ha, untuk ditanam bibitan sebagai ujicoba pemilihan varietas.
Potensi tebu PTPN VII sangat bagus tidak tergantung pada tebu rakyat. Kemungkinan memperkecil biaya pokok sangat pontesial dilakukan PTPN VII dibandingkan dengan PTPN IX, X, XI, dan XII. Terutama dengan berdirinya anak perusahaan PT. BCN.
“Program yang dibuat P3GI ini memang tidak hanya untuk PTPN VII saja, tetapi untuk semua PTPN Gula dan bisa menjadi etalase setiap PTPN gula. Dan program ini harus dilakukan dengan dua arah, bukan saja dari pihak P3GI yang lakukan, tapi lapangan juga diterapkan,” papar Eka.
Potensi di PTPN VII sangat besar, dan mudah-mudahan masalah-masalah yang dihadapi tidak berulang, dari tahun ke tahun hanya itu-itu saja. Dan permasalahan yang timbul tidka sama, dan dapat diselesaikan. Bila masalah varietas ini harus cepat dipecahkan, mana varietas yang unggul dan siap pakai.
Eka menegaskan, kerjasama yang telah dilaksanakan dengan PTPN VII ini sangat luar biasa, dan sudah sejak lama dilakukan, bahkan sampai saat ini masih berlangsung. Kita juga akan melihat potensi pengembangan kerjasama dalam rangka peningkatan produktivitas di pabrik gula.
Bentuk kerjasama yang telah dilakukan dan masih berjalan hingga saat ini, yakni Uji Multilokasi 14 VUH (RC2) (Oktober 2017 sd Februari 2021), Refreshing Knowledge Analisa Pendahuluan (Januari 2021), Penelitian Penyakit Busuk Akar dan Pangkal Batang karena Jamur Xylaria (Januari 2020 sd Juli 2021), Lokasi pengujian Pupuk Eco Farming di PG Cintamanis (September 2020 sd Desember 2021), Kerjasama Grand Strategy Peningkatan Performa On Farm PT Buma Cima Nusantara (September 2020 sd Juni 2022), Inhouse Training Pengendalian Hama Terpadu (Oktober 2020), Pengembangan dan Penggunaan Benih Tebu Kultur Jaringan (G1) (Maret 2019 – Februari 2021) dan Pengujian di Laboratorium Jasa (Lab Pengujian dan Lab Kalibrasi).
“Dengan kerjasama yang masih berlangsung, tentu ini harus dioptimalkan kembali. Kedepan P3GI lebih terbuka dan lebih respon terhadap PTPN VII. P3GI harus menjadi pelayanan yang baik dalam melayani costumer,” tegasnya.
Pada ksempatan itu, Eka juga meminta kepada PTPN VII dapat memberikan kembali pijam pakai lahan yang pernah diberikan beberapa tahun lalu kepada P3GI. Hanya saja P3GI tidak memanfaatkan dengan baik. Lahan seluas 20 hektar ini akan digunakan sebagai kebun benih dengan beberapa jenis varietas. Sehingga kebutuhan benih PTPN VII bisa cepat terpenuhi. (Rls/KN)