KONKRIT NEWS
Minggu, April 02, 2017, 22:25 WIB
Last Updated 2017-04-02T15:25:58Z
politik

Moralitas Republikan", Ketika Willy Aditya Berbicara Tentang Realitas Politik di Indonesia

Advertisement

Bandar Lampung - “Kita harus bergerak untuk menahan keruntuhan peradaban ini. Kitalah barisan. Kitalah garda yang harus terus berjuang untuk membela Republik dari dekadensi moral para politisinya,” kata Surya Paloh kepada Willy Aditya suatu waktu.

Percakapan itulah yang melatari Willy menyusun buku "Moralitas Republikan", ia menilai ilmu pengetahuan budaya (scientific culture) dalam sebuah perubahan merupakan sebuah kebutuhan untuk dijadikan sebuah kultur dan cara berpolitik pada masa saat ini dan masa yang akan datang.

Pada kenyataannya, lanjut Willy, moralitas republikan adalah sosok yang bukan mengedepankan posisi kekuasaan untuk memimpin akan tetapi orang yang siap dipimpin orang lain meskipun dia sebenarnya juga layak untuk menjadi yang di depan dalam kepemimpinan.

Willy mengatakan, buku ini bukan lagi berbicara tentang ideologi seperti buku keduanya ‘Indonesia di Jalan Restorasi. Di sini Willy mengajak para pembaca untuk bisa memahami tindak-tanduk yang mewakili sebuah virtue (kebajikan) yang selama ini sudah Surya Paloh lakukan.

Surya Paloh dianggap sebagai orang yang tidak kalap karena jabatan. Jika pun benar, menurut pria asli Padang ini, mungkin Surya Paloh sudah menjadi seorang menteri sejak Orde Baru.

Namun demikian, langkah itu tidak dilakukan Surya Paloh. Bukan hanya di era Orde Baru, faktanya Surya Paloh bahkan menjawab tidak, pada pinangan Jokowi dan Megawati Soekarno Putri ketika Pemilu 2014.

Buku ini pulalah yang coba dibedah oleh Liga Mahasiswa NasDem (LMN) Lampung. Menurut Ketua LMN Lampung, Fery Yansyah, kunjungan Wasekjend Partai NasDem, Willy Aditya sekaligus penulis buku Moralitas Republikan menjadi momentum yang tepat untuk melakukan bedah buku tersebut.





(Red/KN)